5 Jan 2013

Hari ke-5: Hei Senja


"Hei...."

Aku menoleh. Ada kamu, yang tak kukenal. Berambut ikal. Duduk di bawah pohon besar dengan ayunan yang siap membawa gelak tawa. Yang memakai baju biru bergambar Doraemon sedang tertawa lebar. Selebar tawamu yang menatap lugu seorang gadis berusia 11 tahun yang berjalan tanpa ekspresi di sore hari yang sejuk itu. Keheningan adalah jawaban dari sapaanmu. Kemudian aku melanjutkan langkahku dan tidak memperdulikanmu. Mungkin kau hanya bengong sekian detik, menatap gadis 11 tahun itu berjalan menjauh.

oOo

"Hei..."

Aku menyapa Rana, seorang gadis yang biasa duduk sendirian dan tak punya teman di kelas. Sama sepertiku, seorang anak baru yang aneh dan sangat pendiam. Bedanya dia adalah gadis yang pintar dan sangat ramah. Satu-satunya alasan dia tidak punya teman adalah karena dia terlalu rajin. Ya, terlalu rajin dan tidak mau pergi bermain saat istirahat. Dia lebih suka duduk diam di kelas sambil membaca buku pelajaran. Aku mencoba mendekatinya.

"Hei, Rana. Lagi apa? Boleh duduk sini ga?"
"Boleh", jawabnya sambil tersenyum. Manis sekali.

Satu setengah jam disekitar kami hanya ada hening dan suara buku yang Rana buka. Aku hanya diam menatapnya. Mencoba ikut memahami apa yang sedang dibacanya.

"Kamu, siapa namanya?", tiba-tiba tanya Rana memecahkan hening itu.
"Eh? Mmm namaku, Senja."
"Oooo, Senja siapa?"
"Senja Sore."
"Lucu ya namanya", dia tergelak renyah.
"Rana, kamu ga bosan ya disini terus ga maen?"
"Enggak, aku ga boleh capek-capek sama Mama. Soalnya aku sakit."
"Emangnya sakit apa?"

Dia hanya menjawab dengan senyuman kemudian keheningan terulang. Kembali sibuk dengan buku di tangannya. Sedangkan aku kembali sibuk menatap setiap sudut kelas. Mencoba mencari hal yang bisa menghentikan keheningan dan kebosanan disini. Akhirnya aku menemukannya, bel tanda masuk berbunyi. Setidaknya kami tak hanya duduk berdua lagi. Dan keheningan terusir.

oOo

Semilir angin menerbangkan daun yang menguning di pohon besar taman itu. Sudah sekitar 5400 detik aku disini. Duduk sendiri ditemani angin yang kadang malu-malu membelai rambutku, suara burung yang tergesa ingin cepat kembali, dan daun-daun yang bergemerisik karena tertabrak angin yang sepoi menggoda. Aku memejamkan mata. Hawa yang sangat nyaman untuk diisi dengan gesekan biola. Dan jemariku mulai menari. Biolaku mulai mengalun.
Disitu ada dia. Rana yang berjalan sendirian menghampiriku sambil tersenyum simpul. Berjalan tanpa ada suara. Takut memecah kesunyian dan kesyahduan yang sedang berjalan. Lalu diam mematung menyaksikanku masyuk dengan biola dan ikut memejamkan mata. Ternyata musik klasiklah yang nantinya menyatukan kami.
Dialog tanpa suara kami ciptakan melalui senyum dan pandangan persahabatan baru yang sudah lama kurindukan. Berpindah dari satu tempat ke tempat lain bukan jadi hal yang biasa bagiku. Dan satu hal yang selalu ingin aku ciptakan adalah persahabatan meski hanya sebentar. Kami berjalan pulang berjajaran dalam diam. Hai senja, Senja ini akhirnya bertemu satu sahabat barunya. Kenalkan dia adalah Rana. Hei senja, kau akan segera berlalu tergantikan malam kelam. Senja pun terbenam.

No comments: