19 Jan 2013

Hari ke-17: Sendirian Sekarang

Aku bergidik menahan dingin. Menghembuskan nafas yang bisa kuihat menguap didepan mataku. Menggesek-gesekkan tangan yang sudah terbalut sarung tangan tebal. Mendekap sendiri tubuh yang sudah terbalut jaket hingga membuatku menggembung sebulat bola salju yang digulung. Satu-satunya yang menemaniku adalah angin yang selalu berhasil menusuk sampai ke tulang.

Aku merasakannya ada disana. Berdiri di sampingku. Sambil memandang lurus ke depan. Sambil sesekali tersenyum, entah pada apa. Dia hanya memakai jaket tipis dan tidak memakai baju hangat. Apa dia tidak kedinginan, pikirku. Aku menghampirinya, ingin mendekap. Tapi saat ingin kudekap, bayangannya hilang dan berpindah ke sisi yang lainnya.

Aku tersenyum menahan rindu. Rasanya ada sepuluh ribu paku yang menancap tepat di jantungku. Memaksanya untuk tetap berdetak dengan segala perih dan darah yang setiap detik bertambah hebat. Tara sesekali hilang, membiarkanku menangis sendirian. Membiarkanku mencarinya dalam sebuah kenangan. Mungkin dia tau seharusnya aku tidak lagi mengharapkannya ada sekarang.

Dua bulan. Dia sudah benar-benar hilang. Hanya ada dia yang tersenyum sambil berkata, "Baik-baik ya. Jangan lupa makan" seperti biasanya dia mengingatkan. "Tara, kau sudah tenang ya, Sayang?", bisikku.

No comments: