31 Dec 2010

Galau?

Masa-masa hampir mencapai tingkat kegalauan yang tinggi. Minggu ini, di awal bulan Januari, di awal pergantian tahun yang biasa saja, aku akan menghadapi sebuah masa yang menegangkan. Yang dulu biasanya aku persiapkan dengan baik, tapi sekarang sepertinya aku sama sekali tanpa persiapan, semuanya serba dadakan. Hati kecil selalu bertanya, "Mau dapat apa nantinya? Mau jadi apa nantinya? Apa kata orang tuamu nantinya?"

Haaahh, kemudian aku bersinar, mulai redup lagi, tapi aku akan berdiri seperti sebuah rumput yang baru saja diinjak, aku pun akan segera bangkit. Semangat Dinar-chan!

28 Dec 2010

Kalau boleh sekedar berbincang

Kalo boleh aku mengulang waktu, aku ingin sekali kembali ke masa 18 tahun yang lalu. Aku ingin mengulang segala hal, dimana aku ingin mengulang dan tidak membuat kesalahan yang selalu membayangiku menjelang tidur. Tapi, rasanya tidak arif saat aku bisa mengulang waktu, aku tidak mungkin bisa ada disini sekarang; berdiri seperti ini. Mungkin, jika aku bisa mengulang waktu, aku bukanlah aku yang sekarang. Yang sedang berjuang keras beristiqomah dan terguncang berulang kali, yang sedang berjuang belajar dan kadang merasa ingin berhenti, atau, mungkin aku tidak akan berkumpul bersama orang yang mencintai Allah sebegini besar jika aku bisa mengulang waktu. Saat ini yang bisa aku lakukan hanya menjalani waktuku dengan sebaik-baiknya, berusaha sekeras-kerasnya, kemudian menyerahkan segalanya kepada Rabb-ku Yang Maha Mempunyai Rencana..

Apa kabar sahabatku fillah saat ini? Adakah kalian baik-baik saja sekarang dalam menjalani waktu? Mari belajar ikhlas dan istiqomah bersama :)

19 Dec 2010

Laa fatan illa ‘Aliyyan!

”Inilah persaudaraan dan cinta”, gumam ’Ali. ”Aku mengutamakan Abu Bakar atas diriku, aku mengutamakan kebahagiaan Fathimah atas cintaku.”

"Cinta tak pernah meminta untuk menanti.Ia mengambil kesempatan atau mempersilakan.Ia adalah keberanian, atau pengorbanan."

Bila cinta, khitbahlah...

Bismillahirrahmanirrahim..

“Lihat wanita itu bang?“
sahabatku menunjuk seorang wanita berjilbab,sekilas ku lihat memang wanita anggun.

“Aku mencintainya bang, tapi setiap kali aku mendekatinya, dia menjauhiku. Entah apa maksudnya. Dia tidak pernah membalas SMS ku bahkan aku pernah nekat mengiriminya surat, namun nasibnya sama. Tak berbalas “ sahabatku yang bernama Tio pun tertunduk.

“ Kau sudah pernah melamarnya ?? “ aku bertanya.

“ Boro-boro bang,aku ini masih kuliah. Abang juga kan masih kuliah,dia juga kuliah. Mau di kasih makan apa,batu?? “ aku melihatnya tertawa. Aku tersenyum melihatnya.

“ Kalo aku jadi kamu,udah aku lamar enggak pake lama deh “ aku menatapnya.

“ Kalo abang udah mikir mau ngasih makan batu,silahkan aja “ dia pun melanjutkan tawanya. Aku hanya menggeleng-gelengkan kepala.

Tak lama setelah perbincangan itu aku mengetahui namanya. Lathifah. Nama yang bagus,itu pun aku ketahui dari Tio yang keceplosan menyebut namanya. Aku hanya sekilas melihatnya lagi. Setelah itu hanya mengetahui Lathifah dari Tio.

Lama aku mengenal Lathifah dari Tio,begitu seringnya Tio menceritakan Lathifah padaku. Aku hanya sebagai pendengar setia setiap curhatan nya.

“ Gimana Yo,lama aku tak mendengarmu menyebut namanya,katanya cinta “ kataku memulai pembicaraan yang telah lama tidak ku ketahui kabarnya.

“ Enggak tahu deh bang,capek aku mikirin dia. Enggak ada kepastian “ timpalnya.

“ Dia itu seorang muslimah Yo,aku yakin dia enggak pernah kepikiran pacaran apalagi mau pacaran. Kepastian dia Cuma lamaran Yo,kalo kamu berani melamarnya. Aku yakin kamu akan mendapatkan kepastian. Kalo kamu masih enggak mau juga,buat aku saja yaa “ aku terkekeh melihat raut wajahnya yang langsung berubah jadi cemberut.

“ Aahh..sudahlah bang,kalo jodoh juga dia enggak akan lari “

“ Kata siapa enggak bakalan lari ?? Yang namanya jodoh itu harus di kukuhkan dengan pernikahan,kalo enggak yaa sampai kapanpun jodoh akan lari. Dari mana kamu tahu kalo dia jodohmu kalo kamu enggak mau nyoba buat mengukuhkannya dengan pernikahan”

“ Cerewet amat si bang,si amat aja enggak cerewet kayak abang “ aku tertawa mendengar ejekannya.

Ada suara ketukan di pintu kamar ku. Aku bergegas berdiri dari depan meja tempatku berjuang menyelesaikan tugas-tugasku.

“ Kenapa kamu Yo ?? “ aku mengerenyitkan dahi,melihat muka Tio lesu. Seperti habis memikul sesuatu yang berat.

“ Lathifah akan menikah bulan depan bang,aku di beri tahu sahabatnya “ Tio melangkahkan kakinya menuju tempat tidurku,lalu telentang dan menutup kepalanya dengan bantal.

Aku membuka bantalnya,melihat Tio menangis. Tak ada salahnya seorang laki-laki menangis,toh dia juga manusia biasa yang mempunya fitrah dengan sebuah perasaan yang membebaninya.

“ Terus kenapa kamu menangis “

“ Aku kecewa bang,lama sudah aku ngejar-ngejar dia. Masa ada cowok baru dateng minggu kemaren ke rumahnya,udah dia terima aja jadi calon suaminya “ Dia kembali menangis.

“ Emang calon suaminya salah ya kalo mau ngelamar Lathif ??”

“ Ya enggak Bang,Cuma aku duluan yang suka sam Lathif,dia kan datangnya belakangan “ aku tersenyum mendengarkan pembelaannya.

“ Hey sob,Siapa yang suka duluan atau yang suka belakangan itu enggak di perhitungkan sob. Kalo siapa yang duluan ngelamar,itu baru perlu di pertimbangkan. Ini dari dulu di suruh ngelamar,enggak berani,sekarang udah di lamar orang lain,kamu malah nangis-nangis. Emangnya dia di suruh nugguin ketidak pastianmu apa “ Kataku panjang lebar.

“ Bukan Cuma itu bang,dia ternyata juga suka sama aku. Itu kata sahabatnya si Lathif,Cuma aku nya ngajak pacaran mulu,makanya dia enggak mau nerima aku. Aku baru tahu kalo dia sedang nunggu aku,Cuma karna dia seorang muslimah dia benar-benar menjaga kehormatannya...aaahhhh...aku nyesel bang “ dia kembali menutupkan wajahnya pada bantal.

“ Nyesel selalu datang terlambat ya,kalo datangnya duluan namanya bukan penyesalan atuh,tapi perencanaan buat nyesel nantinya “ Aku mencoba mencairkan suasana. Tapi tetap saja tangisnya belum mereda.

“ Makanya,kalo cinta jangan Cuma di katakan,tapi di khitbah biar bisa jadi istri. Kalo udah di ambil orang,baru kerasa efeknya “

Lemparan bantal ke arahku menandakan dia sedang kecewa berat. Namun pelajaran berarti saat ini untuk menuju sebuah kedewasaannya dalam berfikir.

Situs BMB: www.pelangimentari.com

*S S*

17 Dec 2010

Ganbatte ne!


Hari ini hari-hari masih seperti biasa, kuliah kemudian melakukan aktivitas standar maba. Kegiatan hari ini ditambah dengan menonton ulang sebuah dorama kesukaanku, One Litre of Tears atau Ichi Rittoru no Namida. Memang banyak tangisan yang mewarnai, banyak pula pelajaran yang bisa kuambil dari film ini. Semangat sampai titik darah penghabisan, percaya kepada diri sendiri, kekeluargaan yang erat, mendukung satu sama lain.
Sekarang aku mengerti, ternyata benar, di dunia ini tidak ada sebuah kebetulan pun yang tidak direncanakan oleh Tuhan. Pasti di setiap kebetulan itu mengandung makna yang mendalam, dan apabila dilihat lebih dalam, akan menjadi sesuatu yang menghantarkan kita menuju sebuah tujuan yang kita inginkan. Atau, kalau bukan, yang mengiringi kita berjalan ke sebuah tujuan atau sebuah perjuangan. Ganbatte ne!

11 Dec 2010

Miris

Terulang lagi, masih seperti setahun yang lalu. Kejadiannya juga masih sama, tingkah laku yang sama, statis, nyaris tak berubah. Miris, sangat miris saat memandang nasibnya. Kira-kira setahun yang lalu, aku pernah berniat, berkeras akan berusaha, berikhtiar, tapi setelah aku cari-cari lagi dimana semua niat-niat itu, yang kudapat hanya sisa-sisa rasa lelah mencarinya. Apakah sudah hilang semangatku? Dimana, ada dimana sebenarnya?! Kemudian sekarang, menjadi seseorang yang berdiri sendiri disini. Melihat ke atas, kemudian meredup lagi. Aku butuh semangat, semangat yang sama saat aku berniat setahun yang lalu. Aku ingin bisa kali ini, ingin bisa, ingin bisa!!!