15 Feb 2013

The Sky is Crying and My Head Full of Noise

Dear friend,

It happens again. I blame myself for something I don't know who has to be blamed. It start when I feel alone and I feel really want someone to talk to but there is no one. I go back to my room and start to read book and get bored and go to the living room to watch TV. But then I get bored because the commercials seem like never stop to be played like three times in a row. Then I sit in front of my laptop and start to browse the new book I want to buy and waiting for the respons. And I better not waiting any longer because I got the mail on the next morning. And I go back to my room and read book again for the second time. And I start to listen some noises on my head and it was really disturb me a lot. And I start to missing you here but you can't be here where I am right now. I kill it with listen to mixtape which titled "The Sky is Crying and My Head  Full of Noise," and I enjoy it so much until I fall asleep like a baby. I dreamed about you, and Stephen, and you again, and then I wake up and still wish you were here to accompany me. Or just laying there playing your favorite game and just ignoring me and all my stories. But then I realize it won't ever happen and I promise I will doing well after this, I hope you so.
Love always,
Tara.

I feel infinite

Dear friend,

Me and Rama recently often call each other. I guess he is busy with his stuff at college. And I can understand it. I do understand it. All I can feel is, I am fine. So much better than before. And my heart doesn't hurt anymore. And I don't feel any pain that usually break my heart. I can keep it. And I am doing well. And my heart starts to feel nothing. I wonder whether it's good or bad, is that a good news or even a bad news? I don't know. I'm fine but I think it's not good.

Love always,
Tara

9 Feb 2013

Hari ke-30: SHMILY

Kakek dan nenekku sudah lebih dari setengah abad menikah, namun tetap memainkan permainan istimewa itu sejak mereka bertemu pertama kali. Tujuan permainan mereka adalah menulis kata “shmily” di tempat yang secara tak terduga akan ditemukan oleh yang lain. Mereka bergantian menulis “shmily” dimana saja di dalam rumah. Begitu yang lain menemukan, maka yang menemukan sekali lagi mendapat giliran menulis kata itu di tempat tersembunyi.

Dengan jari mereka menorehkan “shmily” di dalam wadah gula atau wadah tepung, untuk ditemukan oleh siapapun yang mendapat giliran menyiapkan makanan. Mereka membuatnya dengan embun yang menempel pada jendela yang menghadap ke beranda belakang, tempat nenekku selalu menyuguhkan puding warna biru yang hangat, buatannya sendiri. “Shmily” dituliskan pada uap yang menempel pada kaca kamar mandi setelah seseorang mandi air panas; kata itu akan muncul berulang-ulang setiap kali ada yang selesai mandi. Nenekku bahkan pernah membuka gulungan tisu toilet dan menulis “shmily” diujung gulungan itu.

Shmily” bisa muncul dimana saja. Pesan-pesan singkat dengan “shmily” yang ditulis dengan tergesa-gesa bisa ditemukan di dasboard atau jok mobil, atau direkatkan pada kemudi. Catatan-catatan kecil itu diselipkan kedalam sepatu atau diletakkan dibawah bantal. “Shmily” digoreskan pada lapisan debu diatas penutup perapian atau pada timbunan abu di perapian. Di rumah kakek-nenekku, kata yang misterius itu merupakan sesuatu yang penting, sama pentingnya dengan perabotan.

Aku memerlukan waktu lama sekali sebelum benar-benar memahami dan menghargai permainan kakek-nenekku. Sikap skeptis membuatku tidak percaya bahwa cinta sejati itu ada—cinta yang murni mengatasi segala suka dan duka. Mesli begitu, aku tak pernah meragukan hubungan kakek-nenekku. Mereka sungguh saling mencintai. Dengan cinta yang lebih mendalam daripada kemesraan yang mereka tunjukkan; cinta adalah cara dan pedoman hidup mereka. Hubungan mereka didasarkan pada pengabdian dan kasih yang tulus, yang tidak semua orang cukup beruntung untuk mengalaminya.

Kakek dan Nenek selalu bergandengan tangan kapan saja kesempatan memungkinkan. Mereka berciuman sekilas bila bertabrakan di dapur mereka yang mungil. Mereka saling menyelesaikan kalimat pasangannya. Setiap hari mereka bersama-sama mengisiteka-teki silang atau permainan acak kata. Nenekku membisikkan kepadaku bahwa kakekku sangat menarik, dan bahwa semakin tua kakek semakin tampan. Menurut Nenek, dia tau “bagaimana membuat Kakek bahagia.” Sebelum makan mereka selalu menundukkan kepala dan mengucap syukur atas rahmat yang mereka terima: keluarga yang bahagia, rezeki yang cukup, dan pasangan mereka.

Tetapi, dalam kehidupan kakek-nenekku ada satu sisi kelam: nenekku menderita kanker payudara. Penyakit itu pertama kali diketahui sepuluh tahun sebelumnya. Sepertiyang selalu dilakukannya, Kakek mendampingi Nenek menjalani setiap tahap pengobatan. Dia menghibur Nenek di kamar kuning mereka, yang sengaja dicat dengan warna itu agar Nenek selau dikelilingi sinar matahari, bahkan ketika dia terlalu sakit untuk keluar rumah.

Sekali lagi kanker mnyerang tubuh Nenek. Dengan bantuan sebatang tongkat dan tangan kakekku yang kukuh, mereka tetap pergi ke gereja setiap pagi. Tetapi nenekku dengan cepat menjadi lemah sampai akhirnya dia tak bisa lagi keluar rumah. Kakek pergi ke gereja sendirian, berdoa agar Tuhan menjaga istrinya. Sampai pada suatu hari, apa yang kami takutkan terjadi. Nenek meninggal.

Shmily.” Kata itu ditulis dengan tinta kuning pada pita-pita merah jambu yang mrnghiasbuket bunga duka untuk nenekku. Setelah para pelayat semakin berkurang dan yang terakhir beranjak pergi, para paman dan bibiku, sepupu-sepupuku, dan anggota keluarga lainnya maju mengelilingi Nenek untuk terakhir kali. Kakek melamhkah mendekati peti mati nenekku lalu, denagn suara bergetar, dia menyanyi untuk Nenek untuk yang terakhir kalinya. Bersama air mata dan kesedihannya, lagi itu dinyayika; lagu ninabobo dalam alunan suara yang dalam dan parau.

Tergetar olah kesedihanku sendiri, aku takkan pernah melupakan saat itu. Karena pada saat itulah, meskipun aku belum dapat mengukur dalamnya cinta mereka, aku mendapat kehormatan menjadi saksi keindahannya yang abadi.

S-H-M-I-L-Y : See How Much I Love You
-Laura Jeanne Allen

8 Feb 2013

Hari ke-29: Tiga Hati

Tio
"Walau tak ada yang sempurna
Hidup ini indah begini adanya."

"Ndak masalah kalo orang lain keliatan lebih bahagia daripada saya, kan cuma kelihatan, wang sinawang, kan kita juga ndak tau sebenernya seperti apa. Saya udah bersyukur kok punya hidup yang kaya gini. Punya orang tua yang  pengertian, adik yang walaupun nakal, tapi sayang sama keluarganya, tambahan lagi, saya punya temen-temen yang kuenthel kaya coklat. Ya ada manis ada juga pahitnya. Wajar tho, namanya juga manusia, ada baik buruknya, kalo mikir pengen untungnya terus, ya jangan temenan sama manusia. Tambah lagi, saya punya Tara, dan keluarganya."

oOo

Nary
"I know distance doesn't matter
but you feel so far away."

Kamu ndak harus tau gimana perasaan saya. Gimana rindunya saya. Gimana saya berharap kita sedang duduk berdua menyeruput teh hangat di pagi hari di pekarangan rumah. Gimana saya terluka saat kamu, yang saya rasa, berubah; seperti tidak lagi peduli dan menganggap saya bisa sendiri. Ndak apa-apa. Saya ndak minta selalu dimengerti, karena pekerjaan kamu bukan cuma untuk mengerti saya. Saya rasa itu resiko dalam mencintai. Saya sudah berani mencintai, jadi harusnya saya juga sudah tau senang dan susah yang akan saya dapat di setapak menuju bahagia akan cinta. Saya cuma merasa kamu jauh belakangan untuk saya genggam. Saya yang harus terus mendekat. Saya rasa cuma saya yang berusaha. Saya ndak tau apa kamu juga merasa dan melakukan hal yang sama seperti saya. Saya ingin ngobrol banyak. Semoga kamu ada waktu, minimal untuk sekedar mendengar saya bilang, "Jaga diri, Mas."

oOo

Glenn
"Betapa sulitnya perpisahan yang dilakukan sendirian."

Ada ribuan detik yang berlalu entah sudah berapa ribu. Memandangmu begitu menyejukkan, tapi juga memuakkan. Aku mencintai, juga membenci pada saat yang bersamaan. Kamu sedang berdansa dengan seorang pria yang kutau sangat membakar hatiku. Sesekali kamu menoleh kearahku yang tak pernah lepas memandangmu, sambil mengibaskan rambutmu yang hitam terlihat lembut. Masih sambil berdansa dipelukan lelaki itu. Aku jenuh menanti yang tak pasti. Kapan kamu akan berhenti mendekapnya dan berjalan santai kearahku, tersenyum padaku dan kita pulang, menghindari keramaian. Aku jemu menjadi pihak yang tak berdaya. Siapa yang tidak, bisikku.

Hari ke 28: Dear Charlie

Dear Charlie,

I guess I'm the one who make it hard. For me. For us. Should I go back to the old me? I wish I'm not alone. And I wish someone will understand. Are you?

Love always,
Tara

6 Feb 2013

Hari ke-27: Tentang Buku

"Saya nggak tertarik mbaca sesuatu yang saya sendiri nggak yakin kalo saya akan suka," katanya datar.

"Gimana kamu bisa suka, wong baca saja belum," timpalnya.

"Bisa, saya bisa merasakan, kalo kata orang, don't judge book by its cover, itu ga berlaku buat saya, ada cover itu buat di judge kok. Kan dari mata turun ke hati. Lha, sehabis liat cover, saya baca cuplikannya di belakang, sambil baca-baca sedikit dalemnya. Kalo cocok, ya beli. Tapi, selama ini jarang saya nemu buku yang langsung bisa cocok dengan hati. Jadi saya terbiasa cuma menyusuri rak demi rak, liat-liat buku, nyium bau buku yang khas itu. Itu lebih dari cukup untuk membuat syaraf saya rileks," dia menambahkan.

"Milih buku itu seperti milih teman ya, pun seperti milih pasangan. Kalo ndak cocok, ya, ndak menikmati cerita, cenderung bosen, selesai baca, ya sudah langsung disimpan di rak. Iya ndak?" tanyanya.

"Inggih, setuju," jawabnya sambil mengangguk.

Hari ke-26: Him

Dear friend,

I can't stop thinking about him. He has nice eyes that can light up your heart when you looking at them. And that's why I can't stop looking at him, and want to be near him whenever he's around. When he drives me home, I start to missing him even more. I think I can't stop thinking about him, and always missing him. Even when we have a fight, I'll end up missing him first and try to forget what makes me annoyed. Is that bad? Have you ever have a crush on someone so bad? I think you will give me super long speech now. Okay I will listen to you until you tired and start to be asleep. You know, I start to missing you too. Hope you do well.

Love always,
Tara