17 Jan 2013

Hari ke-16: 5 (Lima)

1
Aku diam mendengarkan suara hening diujung bumi sebelah sana. Dia membisu dan ikut-ikutan mendengarkan aku yang diam diujung bumi sebelah sini. Kami diam. Ingin diam karena tidak tau apa yang sedang kami diamkan.

2
Kali ini kamu sudah bisa bicara. Sekedar kata "iya", "tidak", dan "hmm" yang menggantung melalui udara. Aku yang tidak pandai bicara ini hanya membalasnya dengan memanggil namamu berulang kali dengan suara yang lirih. Sebentar lagi pecah. Dari sini aku tau. Semesta, dia sedang marah.

3
Sudah bukan lagi "iya", "tidak", dan "hmm" yang terus kau jejalkan di telingaku. Kini kita sudah mulai membuka tabir-tabir ego yang sedari tadi membungkus erat. Marah, kecewa, cemas, cemburu; hati, yang sedari tadi kau sembunyikan sekarang sudah ku genggam. "Maafin aku ya", katamu.

4
Kita resmi menangis berbarengan. Tangis yang aku tau tidak menyakitkan. Tangis tidak ingin kehilangan. Tangis karena kita merasa kita sama-sama bodoh untuk saling berbohong tentang perasaan. Kita ini berbeda tubuh, tetapi satu jiwa. Aku merasa apa yang kau rasa, begitu juga sebaliknya.

5
Memaafkan, berbagi rasa, kembali menjadi aku dan kamu yang selama ini bergumul menjadi kita. Mengobrol seharian. Bercanda sampai tidak ada bahan. Jenuh karena kamu bilang, hanya kamu yang berbicara terus-terusan. Tapi tidak pernah ingin mengakhiri pembicaraan. Itu kita; aku dan kamu yang selama ini berproses menjadi kita.

If there is no you;
my universe will never be the same.

No comments: