8 Feb 2013

Hari ke-29: Tiga Hati

Tio
"Walau tak ada yang sempurna
Hidup ini indah begini adanya."

"Ndak masalah kalo orang lain keliatan lebih bahagia daripada saya, kan cuma kelihatan, wang sinawang, kan kita juga ndak tau sebenernya seperti apa. Saya udah bersyukur kok punya hidup yang kaya gini. Punya orang tua yang  pengertian, adik yang walaupun nakal, tapi sayang sama keluarganya, tambahan lagi, saya punya temen-temen yang kuenthel kaya coklat. Ya ada manis ada juga pahitnya. Wajar tho, namanya juga manusia, ada baik buruknya, kalo mikir pengen untungnya terus, ya jangan temenan sama manusia. Tambah lagi, saya punya Tara, dan keluarganya."

oOo

Nary
"I know distance doesn't matter
but you feel so far away."

Kamu ndak harus tau gimana perasaan saya. Gimana rindunya saya. Gimana saya berharap kita sedang duduk berdua menyeruput teh hangat di pagi hari di pekarangan rumah. Gimana saya terluka saat kamu, yang saya rasa, berubah; seperti tidak lagi peduli dan menganggap saya bisa sendiri. Ndak apa-apa. Saya ndak minta selalu dimengerti, karena pekerjaan kamu bukan cuma untuk mengerti saya. Saya rasa itu resiko dalam mencintai. Saya sudah berani mencintai, jadi harusnya saya juga sudah tau senang dan susah yang akan saya dapat di setapak menuju bahagia akan cinta. Saya cuma merasa kamu jauh belakangan untuk saya genggam. Saya yang harus terus mendekat. Saya rasa cuma saya yang berusaha. Saya ndak tau apa kamu juga merasa dan melakukan hal yang sama seperti saya. Saya ingin ngobrol banyak. Semoga kamu ada waktu, minimal untuk sekedar mendengar saya bilang, "Jaga diri, Mas."

oOo

Glenn
"Betapa sulitnya perpisahan yang dilakukan sendirian."

Ada ribuan detik yang berlalu entah sudah berapa ribu. Memandangmu begitu menyejukkan, tapi juga memuakkan. Aku mencintai, juga membenci pada saat yang bersamaan. Kamu sedang berdansa dengan seorang pria yang kutau sangat membakar hatiku. Sesekali kamu menoleh kearahku yang tak pernah lepas memandangmu, sambil mengibaskan rambutmu yang hitam terlihat lembut. Masih sambil berdansa dipelukan lelaki itu. Aku jenuh menanti yang tak pasti. Kapan kamu akan berhenti mendekapnya dan berjalan santai kearahku, tersenyum padaku dan kita pulang, menghindari keramaian. Aku jemu menjadi pihak yang tak berdaya. Siapa yang tidak, bisikku.

No comments: