29 Dec 2012

Pangeran dan Putri dalam Mimpi

Tara bermimpi semalam. Bermimpi tentang pangeran berkudanya yang tak kunjung datang. Lima tahun penantian yang tak kunjung dibangunkan. Sekarang, tiba-tiba pangeran impiannya muncul dalam mimpinya. Entah darimana datangnya. Entah bermaksud apa. Mungkin karena Tara membaca sebuah buku tentang Ksatria, Putri, dan Bintang Jatuh. Mungkin karena Tara terlalu lelah malam itu. Atau mungkin pangeran impiannya merindu.

"Ah, tidak mungkin kalo yang terakhir", bisik Tara lembut.

oOo

Pagi itu di sebuah tanah lapang yang mendung.
Aku duduk bersama sekumpulan kawanku. Entah ada siapa saja. Yang jelas mereka teman dekatku beberapa tahun ini. Langit mendung. Petir menyambar-nyambar. Aku melihat Dewa Zeus sedang bermain lempar-lemparan dengan putranya diatas awan. Kami berlari mencari tempat teduh. Dekat kolam renang. Kolam renang yang tidak mirip kolam renang. Hampir mirip seperti pekarangan. Tapi jika kau sentuhkan jarimu, kau akan rasakan airnya. Aneh. Aku mencoba menjatuhkan diriku diatas kolam aneh itu. Tapi aku tidak kunjung masuk ke dalam air. Aku hanya terpental serasa diatas kasur empuk milik Dewa Poseidon. Dan tiba-tiba dia datang. Si Pangeran. Menghampiri. Dia tersenyum dan bertanya khawatir.

"Kamu kenapa, Puteri? Yang disitu hanya kumpulan jeli. Airnya ada ditengah", kata Pangeran lembut.

Aku hanya bisa tersenyum sambil tersipu. Dan yang terdengar hanya degupan kencang jantungku. Yang niscaya akan segera meledak begitu tanganku tergenggam si Pangeran. Oh ternyata karena air hujan turun deras. Dia tidak ingin basah. Pangeran, andai engkau tau betapa waktu beku dan indahnya punggungmu saat tangan kita saling bertaut.

Orang-orang bertingkah aneh. Kenapa seakan Ren adalah pangeranku. Mereka bertanya, membicarakan kita seakan kita ini punya cerita seindah dongeng. Tiba-tiba aku berada di sebuah ruangan mirip dapur. Tiba-tiba. Kamu juga menghampiri sambil berlari. Membawa sebuah catatan. Katamu itu adalah catatan persediaan untuk orang-orang yang sedang berteduh menunggu hujan.

"Puteri, bisa bantu lihat persediaan di list itu? Kita butuh banyak untuk mereka."
"I-iya. Air masih ada sekitar 200."
"Sangat pas. Bagaimana dengan makanan?"
"Ada banyak, Ren."

Pangeran tersenyum. Manis. Seperti biasanya. Dan kita kembali ke tempat semula. Pangeran terus menggenggam tanganku. Menaiki sebuah tanjakan terjal. Dan kita sampai. Masih digenggam. Masih tersenyum manis. Di sampingku. Pangeran.
"Terjaga. Aku masih mau disana. Sedikit lebih lama. Sekali lagi, boleh ya?"
Bisik Tara.

No comments: