8 Feb 2012

Recommended book

Baru hari ini, akhirnya nyelesaiin buku kesekian yang numpuk ngantri di rak. Dan hari ini giliran buku 99 Cahaya di Langit Eropa untuk dinikmati. Tadi pagi baru sampai di Komentar Tokoh yang mengomentari isi dari buku tersebut, komentar pertama dan komentar yang menarik datang dari Pak Habibie, kurang lebih begini:
".....Hanum kemudian menyimpulkan bahwa kondisi umat saat ini sudah semakin jauh dari akar yang membuat peradaban Islam terang-benderang 1000 tahun lalu, karena kondisi umat kini yang menyalahartikan "jihad" sebagai perjuangan dengan pedang, bukan dengan perantara kalam (pengetahuan dan teknologi). 
Di dalam buku ini kita diajak untuk menapak jejak Islam di Eropa, bagaimana seorang muslim disana menjadi minoritas. Dan itu pula yang dirasakan penulis (Hanum, red) saat beliau berkenalan dengan seorang muslimah bernama Fatma yang sama-sama tinggal di Wima karena ikut dengan suami. Hanum dan Fatma berkenalan di kelas Bahasa Jerman dengan cara yang unik. Saat Fatma dan Hanum berjalan-jalan menyusuri Wima dan tiba di Kahlenberg di senja hari. Hanum begitu rindu akan suara azan yang biasa berkumandang. Kemudian saya merasa tertampar saat membaca bagian yang menceritakan bahwa pada saat Fatma dan Hanum berada di caffe dan mendengar 3 orang turis asing menjelek-jelekkan Islam. Apa yang mereka lakukan terhadap turis tersebut? Fatma membayarkan bill turis tersebut dan menitipkan beberapa pesan untuk disampaikan kepada turis tersebut lewat pelayan caffe.
"Kau menulis apa di kertas itu Fatma?"
"Aku cuma tau sedikit bahasa Inggris, Hanum. Aku hanya menulis: 'Hi, I am Fatma, a muslim from Turkey.', lalu kutulis alamat emailku. Itu saja.
"Bagaimana kau tidak marah sedikitpun, Fatma?"
"Tentu saja aku tersinggung, Hanum. Dulu aku juga emosi mendengar hal yang tidak cocok di negeri ini. Apalagi masalah etnis dan agama. Tapi seperti kau dan dinginnya hawa di Eropa ini, suhu tubuhmu akan menyesuaikan. Kau perlu penyesuaian, Hanum. Hanya satu yang harus kita ingat. Misi kita adalah menjadi agen Islam yang damai, teduh, indah, yang membawa keberkahan di komunitas nonmuslim. Dan itu tidak akan pernah mudah."
"Tapi bukankah itu menunjukkan kita begitu lemah dan terinjak-injak?"
"Suatu saat kau akan banyak belajar bagaimana bersikap di negeri tempat kau harus menjadi minoritas. Tapi menurut pemgamatanku selama ini, aku tak harus mengumbar nafsu dan emosiku jika ada hal yang tak berkenan di hatiku."
Dari sepenggal percakapan ini saja kita seharusnya sudah banyak belajar dan berkaca diri. Fatma memberikan pesan yang sangat jelas, konkret, tentang cara menahan diri yang belum tentu bisa dilakukan sembarang orang :)