30 Jul 2011

DI Kaki Gunung Semangat

Aku memang tidak pandai menulis seperti Kugy, aku juga tidak sepandai Keenan dalam melukiskan apa yang ada di dalam hatiku sekarang. Aku hanya punya diriku sendiri yang ingin terbang bebas menjemput inspirasi dan imajinasi yang masih mengambang 9 centimeter di atas kepalaku yang tak kunjung aku ambil. Aku sangat suka masuk ke dalam imajinasi setiap orang yang karyanya bisa aku nikmati. Seperti sebuah buku seri petualangan, sebuah novel yang sangat menarik. Tapi aku belum bisa mengajak orang masuk dalam imajinasiku, aku belum bisa menghidupkan setiap kata yang aku punya. Hidup yang benar-benar hidup dan menenggelamkan, layaknya sebuah lumpur hisap si penipu ulung, sepertinya hanya lumpur, tapi ternyata hidup dan menghisap. Mungkinkah itu hanya masalah waktu? Atau mungkin itu masalah bakat? Atau memang masalahnya ada pada diriku sendiri yang tidak pernah mau mencoba memunculkan imajinasi itu di setiap kata, dan hanya memunculkan efek realistis dalam kata yang aku pilih? Katanya, kita harus berpikir out-of-the box. Yah, sudah saatnya… Aku belum tau, dan tidak akan pernah tau bagaimana ending dari apa yang sudah aku mulai jika aku tidak menyelesaikannya.

Sekali lagi aku bukan Kugy yang pandai menulis, aku bukan Keenan yang pandai melukiskan perasaannya, bukan juga Luhde yang sangat dewasa yang tau kapan harus melepaskan apa yang telah digenggamnya karena tau bahwa dia tidak akan pernah memilikinya; tapi aku adalah diriku sendiri, yang tengah belajar dan memulai setiap lembar kosong dengan merenung dan kata-kata yang menggantung. Aku lah dia yang selalu memiliki kata yang hanya ada di kepala dan tak pernah bisa aku tuangkan lewat kata, aku akan berubah. Berevolusi, seperti teori Darwin. Dengan kata, kalimat, paragraf, cerita. Semuanya bisa terjadi, dengan begitu saja, jika kau yakin adanya.

No comments: