25 Dec 2008

ayah

kubuka mataku perlahan hari ini diikuti oleh suara merdu ibuku yang membangunkanku untuk mencuci piring yang telah tertumpuk. Ya, kegiatanku tiap pagi diliburan semester pertama di SMA kelas dua ini adalah membantu ibuku walaupun hanya sekedar mencuci piring kotor. Hari ini adalah hari libur jadi pagi ini aku tidak harus belajar seperti yang biasa aku lakukan tiap pagi dan malam hari. Ini adalah hari Natal, hari kelahiran Yesus Kristus. Aku adalah orang Islam, tapi akupun tak asing dengan perayaan ini karena kebanyakan agama yang dianut oleh saudara dari ayahku adalah agama Nasrani, tapi tetap menghormati mereka. Biasanya dihari Natal kami sekeluarga mengunjungi mereka satu persatu untuk mengucapkan selamat Natal dan makan bersama keluarga besar. Sebagian orang mengatakan kita tidak diperbolehkan mengucapkan hari besar agama orang lain, tapi menurutku ini sah saja karena aku percaya dengan agamalu dan aku tidak beralih keagama mereka. Maka pagi itu kami cepat mandi karena tidak ingin terlambat dalam acara makan besar ini, berangkatlah kami sekitar pukul 11 - terlalu siang untuk disebut pagi. Ditengah jalan aku hanya melihat pemandangan keluar jendela, melihat orang berlalulalang disamping kiri disertai iringan lagu OST LAskar Pelangi yang mengalun merdu. KUamati setiap yang mobilku lewati, kemudian aku melihat seorang bapak yang sudah banyak keriput diwajahnya, berkulit hitam legam tanda ia bekerja keras demi sesuap nasi, tangan yang begitu kuat mendorong sepeda yang berisi kayu bakar bertupuk seolah seperti gunung, peluhnya menetes, punggungnya basah, ditemani oleh anak laki-lakinya ia mendorong terus sepeda kumbangnya yang aku taksir telah berumur puluhan tahun. Aku melihat pemandangan itu dengan hati teriris. Otakku segera melanglang buana kesuatu waktu, kesuatu keadaan, keseseorang. AYAH ..
Aku berfikir mungkin dulu kehidupan ayah lebih menderita daripada yabg aku lihat tadi. Ayahku adalah sosok yang aku kagumi, karena otaknya yang begitu cemerlang, hatinya yang bagaikan emas, dan sangat berwibawa. Tak kenal lelah ia mancari nafkah untuk keluarga, malam menjadi siang dan siang menjadi malam, tak tega rasanya membuatnya kecewa. Aku akan berbakti kepadanya, akan aku tunjukkan bahwa perjuangannya selama ini tak sia-sia, aku akan menjadi seorang seperti yang beliau harapkan. Aku akan membuatmu bangga ayah ..

No comments: